Jadi Semanis Madu

Aku,

Mulai bosan dengan keadaan
Mulai jengah dengan kenyataan
Dengan rutinitas yang berulang
Itu-itu saja yang belum berkembang

Ingin rasanya berganti
Tapi harus dari mana memulainya?
Jalan-jalan yang sungguh belum ditemui
Setitik harapan yang belum direstui

Masih tertatih
Namun sudah mulai terlatih
Perlahan tapi pasti
Mereka mulai mengerti

Tuhan,
Engkau tempat aku mengadu
Segenap doa telah berpadu
Sebab hanya Engkau yang mampu
Merubah kisah jadi semanis madu

Lebih Dari Satu Dekade

Kala petang yang sempurna

Kita berjumpa tanpa rekayasa
Sesaat kaget rasa tak percaya
Karna sudah sekian lama

Sedikit rasa canggung mulai menyeruak
Tak mungkin juga hanya terdiam
Termangu dalam petang
Yang mulai malam

Seketika ingatan mengajak bernostalgia
Yang sudah lebih dari satu dekade
Karena kau memilih jalanmu dan
Aku menjalani takdirku

Tanpa pernah terbaca sebelumnya
Berjumpa di lapak pedagang kaki lima
Sontak kaget serasa tak percaya
Namun ini nyata adanya

Dia yang tak lama bersua
Tetiba hadir dan mulai menyapa
Dengan senyum khas yang masih sama
Masih bercampur sedikit rasa kecewa
Meski telah lebih dari satu dekade

Ditulis oleh : abpriambodo
Tanggal : 12 Oktober 2021

Hai, Itukah Kamu?

Sekelebat ku lihat

Wajah yang masih ku ingat
Meski sudah lebih dari sewindu
Tapi aku masih tetap mengenalmu

Melintas, berpapas
Meski niqab menjadi rias
Tapi sorot matamu yang cukup khas
Meyakinkanku bahwa itu, kamu

Hijab berhias strip merah, putih dan hijau
Meski sederhana tetap saja memukau
Memutar kembali memori ingatanku
Bahwa ku yakin itu kamu

Yang pernah tiba menjadi bunga mimpi
Yang pernah datang meski melaju pergi
Yang pertama hadir lalu mengingkari
Yang sudah ku maafkan dan mengikhlaskan
Hai, itukah kamu?


Sabtu pagi, 30 Januari 2021
Dipersimpangan jalan
abpriambodo


Khusus Guru Saja

delapan belas april dua ribu dua puluh

disematkan tanda tapi bukan mengeluh
sebagai pengingat sikap nan angkuh
satu raga senior yang sudah sepuh

kalimat yang ditulis penuh inkonsistensi
menunjukkan dikotomi dan monopoli
alasan yang tercetak tak masuk akal
atau hanya dalih untuk mencekal

you beda, aku siapa
dan otoritas, dia yang punya
menendang atau memandang sesuka hati
tak peduli, apalagi klarifikasi

padahal adab, nampaknya sempurna
keilmuan dan akhlak pun pasti ada
entah apa yang merasuki jiwa
hingga tertulis, khusus guru saja





Yang Ku Ingin

Masa kini... ada...
Karena ada masa lalu.
Hari ini ada...
Karena ada hari kemarin dan esok.
Tahun ini...
Tak ku ingin mengulang tahun lalu
Tahun penuh liku dalam pilu
Tahun penuh duka dalam nestapa
Tahun penuh luka dalam diam

Ku ingin..
Semua berlalu dalam kebahagiaan
Penuh keceriaan...
Penuh kegembiraan...
Kesuksesan ....
Yang senantiasa mengiringi,
Setiap liku yang terlewati
Yang kan membawaku dalam satu tujuan
Raih ridho الله ...
Yang mampu mengukir kisah suka cita
Di akhir penghujung tahun nanti
Bersama semua asa yang tertunda di tahun ini.

Penulis : Diana Hasanah

Kan Kembali...

Banyak cara الله menegur kita
Hanya kita yang lengah
Banyak cara الله melatih kita
Hanya kita yang malas
Banyak cara الله menguji kita 
Hanya kita yang tak tahu
Banyak cara الله menilai kita
Hanya kita yang terlena
Banyak cara الله  mengulang perintah
Hanya kita yang tak mengerti

Entah sudah berapa banyak
Entah sudah berulang kali
Entah sudah berganti 
Entah sudah tak terhitung

Kita seakan sibuk
Kita seakan penat
Kita seakan lelah
Kita seakan tak lagi punya waktu
Kesombongan sudah merasuki
Keangkuhan mewarnai
Kepedulian tak lagi punya arti
Tak sadar kita tak mampu
Jika الله tak berkehendak.
Untuk apa semua itu
Jika diri tak mampu berdiri
Dengan keangkuhan yang bukan milikmu
Untuk semua ini
Jika asa tak dihadirkanNYA
Apalah diriku?
Apa pula dengan dirimu?
Tak ada dalam tiada
Ada dalam ketiadaan
Tiada dalam keberadaan

Sungguh diri hanyalah diri
Jika tanpa sadarkan diri
Bahwa diri milik sang penguasa hati
Yang tak pernah kita tahu
Hanya kita meyakini
Esok semua kan kembali
Apa bekal untuk nanti
Jika waktu tak bisa kau nikmati
Dalam pasrahmu bermanja diri
Di sajadah panjang kau nikmati
Berbincang pada Illahi
Berharap hari kembali dalam keagungan diri.

Nopember 2019
Diana Hasanah

Setidaknya

Setidaknya lilin itu untuk menerangi
Memberi petunjuk dalam gelap
Menemani kelam dengan sedikit cahaya
Menerawang saat redup
Menuntun dengan berkasnya menuju titian

Setidaknya lentera itupun menerangi
Lebih terang dibandingkan lilin
Lebih jauh meluruskan cahaya
Lebih banyak bayangan 
Menghantarkan cepat menuju arah

Setidaknya....
Tidak luluh dalam panas api kecil pada lilin
Tidak bau dan penuh sawang pada lentera

Dimana letak salahnya
Dia memberi tapi terluka
Dia berbagi tapi tak mampu membawa diri

Habis meleleh dengan sisa selaksa cerita
Bau...hitam...dengan seantero lusuh
Merengkuh cita yang tak pernah seirama

Setidaknya pernah ada dan memberi
Setidaknya pernah berperan walau tertinggal bau
Setidaknya ada manfaat telah diberi,
Walau jiwa tersakiti.


Akhir Oktober 2019
Ditulis oleh : Diana Hasanah

Tentang Blog Ini


Laman

Pages

Popular Posts

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "