Mendobrak Tradisi

ingin rasanya mendobrak tradisi
saat berharta, mampu mengakuisisi
mengkoreksi sistem korporasi
yang cuma kedok manipulasi
tuk meraup laba tanpa rugi
yaa... begitulah adanya
yang ikhlas diperas-peras
yang bertahta duduk manis disinggasana
liberalisme merajalela dan dipuja
Oohh... sampai kapan?
apa kelak menunggu kemunduran
kenapa tak jua tersadarkan
kami yang masih berdiri
seperti tak memiliki arti...
saat pergi,
dihujat dan dicaci
mirip tersangka tanpa bukti...!
yang lama telah menghilang
diundang tuk kembali pulang
demi klarifikasi senilai uang...
yang bersaran dianggap merongrong
yang menjilat malah diberi tempat
nalar sehat dan naluri kebajikan
kalah dengan posisi dan kursi
mungkinkah?
bedol desa jilid dua
harus diulang terjadi
tuk selamatkan yang berpotensi? atau
kami harus bergerilya
membangun sistem koperasi
tuk mencapai sejahtera yang dinanti
tak ada yg dominan memiliki

R - Dri & Tanpa Pernah Introspeksi

karena dia hanya mencari rezeki
yang lebih berlimpah nan berkah
haruskah dijegal dengan argumen
yang bernada sentimen?
ada riak-riak sinyalemen
tanda kekecewaan yang terurai
tapi masih belum jua disadari
dan terus menyerang
yang hendak hengkang
mestinya...
biarlah itu menjadi jalannya
tak perlu dikudeta niatan itu
cukup beri sedikit pengertian
dan rasanya akan dipahami penjelasan
karena tuntutan kebutuhan
ku yakini itu...!
andai saja bisa dicapai sejahtera
dirangkai dengan sikap yg tak meraja
merakyat, merasa sama rata
tanpa jeda yang membangun kasta
yakin semua akan bertahan
pada pijakan yang sama
tempat dimana
nurani yg berkuasa...
tak bisakah sang penguasa membaca
atau pura-pura bodoh tak mengira
karena anggapannya itu yang salah
masih banyak berkeliaran tuna karya
yang ingin dan siap diperbudak
sekehendak hati yang rusak
tanpa pernah introspeksi..!

Meski Sudah Se Windu

mengenang semua itu
masa dahulu kala dicurangi
mengais mimpi meminta rindu
yang tak pernah sedikit ada
sedikit rasa yang terbina
tak berpihak pada bahagia
kecewa... iya...!
dengan ucap dan tingkah
polah yg seketika berubah
menyaksikan setiap metamorfosa
perubahan dirinya yang mendua
meski sudah se windu
masih saja tersisa
riak-riak kecewa
atas ucapnya...
dalam senyumnya, aku kecewa
dalam kecewaku, mungkin dia tertawa
ketika aku masih hijau
belum mendalami rindu
awam menjalin cinta
dia...
torehkan cerita pilu
yang menggores rasa
sebut saja cinta!
meski sudah se windu
masih teringat kala itu

Tentang Blog Ini


Laman

Pages

Popular Posts

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "