Kan Kembali...

Banyak cara الله menegur kita
Hanya kita yang lengah
Banyak cara الله melatih kita
Hanya kita yang malas
Banyak cara الله menguji kita 
Hanya kita yang tak tahu
Banyak cara الله menilai kita
Hanya kita yang terlena
Banyak cara الله  mengulang perintah
Hanya kita yang tak mengerti

Entah sudah berapa banyak
Entah sudah berulang kali
Entah sudah berganti 
Entah sudah tak terhitung

Kita seakan sibuk
Kita seakan penat
Kita seakan lelah
Kita seakan tak lagi punya waktu
Kesombongan sudah merasuki
Keangkuhan mewarnai
Kepedulian tak lagi punya arti
Tak sadar kita tak mampu
Jika الله tak berkehendak.
Untuk apa semua itu
Jika diri tak mampu berdiri
Dengan keangkuhan yang bukan milikmu
Untuk semua ini
Jika asa tak dihadirkanNYA
Apalah diriku?
Apa pula dengan dirimu?
Tak ada dalam tiada
Ada dalam ketiadaan
Tiada dalam keberadaan

Sungguh diri hanyalah diri
Jika tanpa sadarkan diri
Bahwa diri milik sang penguasa hati
Yang tak pernah kita tahu
Hanya kita meyakini
Esok semua kan kembali
Apa bekal untuk nanti
Jika waktu tak bisa kau nikmati
Dalam pasrahmu bermanja diri
Di sajadah panjang kau nikmati
Berbincang pada Illahi
Berharap hari kembali dalam keagungan diri.

Nopember 2019
Diana Hasanah

Setidaknya

Setidaknya lilin itu untuk menerangi
Memberi petunjuk dalam gelap
Menemani kelam dengan sedikit cahaya
Menerawang saat redup
Menuntun dengan berkasnya menuju titian

Setidaknya lentera itupun menerangi
Lebih terang dibandingkan lilin
Lebih jauh meluruskan cahaya
Lebih banyak bayangan 
Menghantarkan cepat menuju arah

Setidaknya....
Tidak luluh dalam panas api kecil pada lilin
Tidak bau dan penuh sawang pada lentera

Dimana letak salahnya
Dia memberi tapi terluka
Dia berbagi tapi tak mampu membawa diri

Habis meleleh dengan sisa selaksa cerita
Bau...hitam...dengan seantero lusuh
Merengkuh cita yang tak pernah seirama

Setidaknya pernah ada dan memberi
Setidaknya pernah berperan walau tertinggal bau
Setidaknya ada manfaat telah diberi,
Walau jiwa tersakiti.


Akhir Oktober 2019
Ditulis oleh : Diana Hasanah

Merah Jingga Jiwaku

Kutatap langit pagi
Penuh keceriaan dalam kebisuan
Burung - burung berkicau dalam sepi
Anginpun malas tuk menggoyangkan dedaunan
Langkah kuda pun terdengar gemulai
Mewarnai lubuk sunyi

Bergeser waktu penanda siang
Merenggut sukma membanting peluh
Tak ada resah dalam semangat
Walau rerumputan bercengkrama lembut
Menonton gundah sang pencari picis
Yang berlabuh di atas risau berkelana

Kupu - kupu kecil terlihat menari
Di ujung kendi berlumur sirup
Menikmati selaksa nektar dalam bunga
Mengintai kumbang tanpa gerak
Menghindar kilau rasa yang menyengat
Menghalau pandang sang mentari menuju senja
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah

Untukmu sang Pendidik

Pendidikan adalah proses panjang
Proses pembelajaran adalah jalan menuju tujuan
Komunikasi adalah jembatan solusinya

Kenali diri wahai sang pendidik
Demi cita-cita anak didik
Yang selalu menjadi arah yang terbidik
Dalam situasi yang selalu menggelitik
Untuk kita jadikan bahan selidik
Agar tahu akan tugas menjadi pendidik
Hingga tak lagi menimbulkan konflik
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah

Tanganku Hanya Dua

Jika ku marah
Tanda aku punya rasa
Jika aku punya rasa
Tanda aku punya hati
Jika aku punya hati
Maka ada yang mendampinginya
Sebuah empedu kecil yang setia

Saat aku marah...
Ingin kugunakan tanganku...
Jika ku keraskan maka hatikupun keras
Betapa hanya dua tanganku
Tak kan ku sia kan
Hanya untuk umbar amarah

Ada yang lebih arif
Kan kugunakan tanganku
Tuk mengadahkan pada Rabbku
Ku buka dalam keheningan
Dalam sujud panjangku
Di sudut sunyi tanpa alas
Hanya doa yang akan kuucap
Dengan dua tanganku
Untuk semua yang telah bangkitkan amarahku

Kuhujamkan dalam dadaku
Bersama kedua tanganku
Agar bersih kembali kelak
Hanya dua tanganku...

Asaku di 22 Agustus 2019
Penulis : Diana Hasanah

Memberi Sebelum Diminta

Kata yang sederhana
Dalam ucap maupun makna
Ada kalimat, " Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah"
Tapi...
Bagimana kita tahu, kalau tanpa kata meminta...
Tanpa kata memohon...
Tanpa kata bolehkah...

Maka diapun meminta,
Maka diapun memohon,
Maka diapun berkata, bolehkah...

Jika kau tak mau dia berkata itu...
Cepatlah bertindak
Apresiasimu walau hanya kedipan mata...
Atau acungkan tanganmu dengan lambaian
Atau senyum ikhlasmu
Akan jadi kesan kau terhormat.

Jika meminta berhukum neraka
Sungguh, maka akan banyak penghuninya.
Akankah tetap kau biarkan?

Beri sebelum dia meminta.
Jadilah yang selalu peka
Jadilah untuk segera peduli
Jadilah untuk segera beri apresiasi.
Hingga tak lagi dia meminta

Kurangi beban neraka...
Hingga lepas derita dunia dan akhiratnya.

Apakah saat ini akupun sedang meminta?
Ku minta pada Rabbku
Jangan jadikan aku si kikir
Jangan jadikan aku si miskin
Jangan jadikan aku ...
Hingga aku berfikir menjadi kafir.
Karena tak ada apresiasi hingga aku harus meminta.
Sementara akupun tak bisa tuk memberi...
.
.
Asaku
11 Agustus 2019

Haruskah?

Berdiri mematung disela keramaian.
Memukau bela dalam kesendirian
Terpana menatap dalam kebisuan.

Angin bertiup melambai haru
Memetik asa yang semakin pilu
Jauh diangan diujung sembilu
Membelah resah menjaga kalbu
Menutup keraguan dalam haru
Aku masih seperti dulu

Ingin jauh satukan langkah
menuju angan yang terus berarah
Menghimpun kekuatan yang memanah
Demi tujuan yang tak boleh patah.
Haruskah...?
Jalanku berubah arah....
Karena sebersit amarah
Sebab tak lagi pegang amanah
Yang mestinya jadi ibadah.
.
.
Asaku, 2 Agustus 2019

Angan Kerinduan

angin itu berbicara mengalun seperti mengabarkan berita..
kesepian itu melanda ketika kita lelah dgn keadaan diam...
memandang kedepan kini hanya fatamorgana...
kenyataannya hari ini kita masih diam membisu memahami arti hidup dan kehidupan...

Adakah jalan lain tuk dilewati
Aràhkan pandàngan memupus rindu
Menggoda setiap langkah yang enggan berpijak
Aku bukan lelah...
Tapi tak ada petunjuk aràh
Yang memanduku penuhi janji rinduku
Aku tidak diam...
Tapi enggan tuk mencari saat risau

Di ujung jalan sana sudah menanti
Hanya lambaian lembut yang sayup
Menggeleng saja tak terlihat
Anggukkanpun sekedar menghalau keadaan
Aku butuh lengan yang menggandengku
Menuju lingkaran kepastian
Yang arahnya sudah jelas
Hingga rindupun pada tempatnya
Punya arti setelah berpeluh
Dan berdesah.....
Aku amat rindu dalam lingkaran itu
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
30 Juli 2019

Terjebak Rasa

Malam ini seperti malam biasanya
Dengan penuh gelisah, hati bertanya
Tanya tentang rindu nun jauh disana
Bersama serpihan kisah yang pernah ada

Digelayuti campuran rasa yg menggelora
Dia timbul sesaat lalu pergi menghilang
Meninggalkan satu tanya tak terjawab
Sedang apa dan mengapa?

Adakah bisa merasa rindu yang tersisa?
Pasca kisah indah yang pernah ada?
Atau ini hanya kebahagiaan semu?
Yang pasti, aku terjebak rasa

Menanti Rembulan

Dipenghujung senja
Bersama desiran angin semilir
Merebahkan diri dalam diam
Menengadah pada corak alam
Menghela dalam-dalam

Menyapa senja dalam asa
Berteman senda sepasang kucing
Meloncat menari menggoda
Bak meminta tuk menirunya

Di balik mega sudah memutih
Berganti arah meliuk berputar
Tampak sederet burung
Pulang keperaduannya
Diiringi cahaya kemilau
Rembulan tlah menggantikan sang surya

Penantianku lunas sudah
Menjemput temaram dalam terang
Menggapai mimpi yang menemani
Menembus dinding asa
Dalam penantian sang rembulan.
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
Asaku, 26 Juli 2019

[Reply] Meski Sudah Se Windu

Meski sudah se windu
Perasaan ini tak bisa hilang
Rasa kecewa, karena tak dpt berkata
Rasa menyesal, karena menyakiti
Rasa marah, karena tak memiliki

Meski sudah se windu
Entah kerinduan..
Kekecewaan...atau
Rasa bersalah yg menghantui
Sosok mu sering hadir dlm mimpi

Meski sudah se windu
Baru hri ini ku memberanikan diri
Untuk ungkapkan semua
Bahwa ada rasa yg terbina dlm hati terdalam.

Meski sudah se windu
Mohon maafkan aku!!
.
.
24 April 2017 02.10
Dari satu akun, Wins

Ranah Pasti

Ku ikuti langkah ini
Dengan beribu doa yang tak henti
Terus berdzikir dalam hiruk
Menembus relung hingga berderai
Menapaki sebuah kesuksesan
Di masa yang telah tertelan waktu.
Menyusuri jejaknya dengan tertatih
Merindu dalam segenap kepedulian.
Jalan ini sudah pilihan
Saat semua halu menerpa
Menapaki kembali masa itu
Penuh kejutan yang terus terpatri
Mengukir di jalan lain
Dengan arah kemenangan yang membahana
Mengharap kesuksesan tuk berulang
Walau sadar ini masih jauh.
Tapi pasti....
Tujuan akan ku raih...
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
Asaku. 24 Juli 2019

Merindu Rinduku

Jiwaku meronta
Dalam sunyi yang sendu
Penuh rindu yang merebak
Melambai keharuan tuk bisa berseru
Aku di sini juga merindu
Merangkai kata penuh kasih
Menggapai asa penuh sayang
Tuk bisa bangkit menjulangkan asa
Yang tak lagi bisa bebas
Kala sudah kuputuskan
Aku bukan lagi yang dulu

Rinduku meradang dalam semu
Sambil sesaat kunikmati hatiku
Yang meronta sangat merindu
Tuk mampu merajai kembali akan AKU
Walau tak kan ada lagi akan AKU
Karena aku hanya boleh merindu

Rinduku akan gempita
Saat mulai kuayunkan langkahku
Podium yang kokoh penuh cahaya
Terelukan dalam kharisma
Penuh pesona dalam khidmat
Kala aku merindu...yang kini bukan lagi AKU.
Aku merindu...
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
21 Juli 2019

Berkutat Dalam Pekat

Matahari telah sampai di pertengahan
Burung-burungpun sudah kembali ke sarangnya
Anak diantar bundanya sudah dengan gurunya
Tukang sayurpun sudah tak terlihat wajahnya
Dikelilingi ibu-ibu setia yang melebihi istrinya
Bertukar sudah antara si Tuan dan pembantunya
Terlihat si Inem sedang berlenggok
Menikmati kesendirian di rumah mewah
Si Bos sudah berkutat dengan setumpuk kertas
Agenda rapat dengan sang pemberi kebijakan

Haripun berganti...
Kini kelelawar yang hilir mudik
Menggantikan riuhnya dengan kepakan sayapnya
Tumpukan kertas sudah berganti warna
Penuh dengan batasan warna warni
Agenda esok yang penuh warna
Berlapis transparan hitam tanpa perintah
Esok yang tak terbayangkan
Berkutat dalam pekat...
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
Saat Senja di Al Hilal

Geram Dalam Sunyi

Jemari ini seakan kelu
Saat kembali kuletakkan di atas keyboard
Tuk mulai kembali merenda kata
Nun jauh di lubuk sana
Meronta menggeliat tarik menarik
Tuk menyatakan ya atau tidak
Bergemuruh dalam tenang
Berteriak dalam kebisuan
Meregang dalam kelenturan
Hingga meletup dalam kebekuan

Coba tuk bergerak ...
Dalam hitungan yang pasti
Tak sedikitpun goresan yang terlukiskan
Angan ini terlalu meyakinkan
Gelora pikiran yang mulai berkarat
Seakan berucap "Yah sudahlah!"

Haripun menjadi kelam
Sunyi ....
Sepi...
Senyap...
Walau hatiku tetap geram
Bagaimana ku mulai
Dengan apa kubuat...
Tantangan maju begitu gencar...
Tapi aku hanya geram.
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
Saat Fajar di Al Hilal

Aku Terlalu Terlena

Aku terlalu terlena
Terlalu nyaman hingga terbuai
Kenikmatan semu yang menjemu
Yang ternyata melalaikan
Hingga aku terjepit
Dalam situasi sulit

Pesan ini membuatku terhenyak
Terbangun dari tidur nyenyak
Andai sedari dulu aku tersadar
Bahwa kursi ini juga disasar

Hari ini, sampai 365 hari ke depan
Akan ku ikuti pesan seorang insan
Harus ku himpun karya dalam satu tulisan
Agar aku bisa lakukan penawaran,
Sungguh aku,
Aku terlalu terlena...

Dibidik Singgasana

Untuk kali ketiga,
Aku dibidik singgasana.
Menggiurkan pecinta dunia,
Tapi aku biasa saja..

Tergiur? Tidak!
Terlena? Pun tidak jua!
Karena ini semua fatamorgana
Bukan tujuan yang utama..

Bak keluar kandang macan
Masuk kandang singa,
Sama saja!
Yaa.. sama sama bahaya
Kenapa dan mengapa?
Karna aku tahu jawabnya

Belajar dari yang jauh disana
Lebih baik aku akhiri
Daripada terjebak 'mati'
Meski bukan hakikat yang asli

Hidup Penuh Liku

Sebatas mimpi...
Sebaris doa...
Seuntai keinginan...
Merenda helaian panjang yang belum terpotong.
Susah tuk dijahit...
Rumit tuk dibuat rajutan.
Yah...
Bak hidup ini...
Penuh mimpi...
Yang teralun dalam doa
Diikhtiarkan dalam usaha
Demi mencapai tujuan yang pasti.
Walau.. penuh dg hal tak pasti.
Hidup jadi rumit...
Penuh liku tuk gapai tujuan.
Jadi hidup harus punya arti.
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
Asaku, 15 Juli 2019

Sabar

Kata singkat penuh makna
Tak lekang dengan waktu atau situasi
Tak gentar dengan halau yang menghadang

Kini bukan lagi soal bidik visitor
Bukan lagi soal kredibilitas
Bukan lagi soal loyalitas
Bukan lagi soal kualitas
Bukan lagi soal kuantitas
Saat lagi dalam zona nyaman
Tak mampu hempaskan rasa
Merambah rasa yang tersisa
Mungkinkah...
Kini bukan lagi soal merasa
Sabar ...
Satu kata yang harus dirasa
.
.
Ditulis Oleh : Diana Hasanah
13 Juli 2019

Bertahan atau Tersingkir

Yang lama dibuang
Yang baru dinanti
Berkeluh pun tak berarti
Hanya terpendam dalam hati

Merasa, rasanya tak bisa
Pergolakan rasa sungguh terasa
Adakah rasa yang masih tersisa?
Dalam rongga yang jumawa

Ah, sudahlah...
Biarlah ini kan terus mengalir
Bermuara pada sebuah titik akhir
Bertahan atau harus tersingkir
Bukan karena permainan sihir
Tapi sudah terbidik visir

Berhatilah,
Pada jiwa jiwa yang kecewa
Yang doanya menembus angkasa
Yang dampaknya tak mesti dirasa
Saat ini, besok atau lusa

Lelahku

Laksa mula tak bertepi
Mewarnai buih yang tak berbentuk
Putih di sana bak kilau hilang sinar
Hitam di sana bak kelam hilang arang.
Akh...
Semakin tak tampak...
Karena siang penuh patamorgana.

Lelahku tak lagi kurasa...
Saat tuntas tak lagi punya arti.
Peluh tak sempat terseka
Laksa hujan turun saat terik merona

Lelahku penuh peluh
Merangkai laba nikmat
Tuk berserah pada Illahi
Tembok akhir semua lelahku..
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
12 Juli 2019

Dalam Waktuku

Adzan dzuhur telah berlalu...
Sayup iqamahpun telah terdengar.
Bisik alfatihahpun sudah hampir berakhir...
Kala kusadar setumpuk kertas sudah dihadapanku

Waktuku berlalu dalam dekapan laptop
Desahku terselubung ketikan
Huruf demi huruf
Kata demi kata
Kalimat demi kalimat
Hingga akhirnya sederetan program menggunung

Salam akhirpun telah terdengar...
Kala kusadar...
Waktuku melayang dalam gemuruh tanggung jawab
Yang terus menyita waktuku
Menggapai masa depan calon anak bangsa
Yang terpikirkan dalam relung yang sempit.

Berjalan dalam waktu yang panjang.
Walau begitu pendek...
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
11 Juli 2019

Asaku

Saat ini ....
Ingin ku cerita lagi...
Masa...masa...laluku...

Saat ini...
Ingin ku cerita lagi
Masa saat kuberlabuh...
Dalam asa yg penuh angan.
Penuh cita dalam asa yg dalam.
Penuh irama yang tak kan lekang.
Penuh warna walau kadang terlapis patamorgana.

Ku kenang dalam selaksa harapan
Membawa cita yang kian melambung.
Walau kandas...
Karena asa tak membanding.
Merajut tali dalam gulungan benang.
Merenda dalam kain berajut sutra

Akh...
Hanya ingin kuceritakan...
Bak asa yang tak kan pupus.
Melarut dalam buaian yang lusuh
Mencair dalam buih yang merona.

Akh...
Hanya ingin kuceritakan....
.
.
Ditulis oleh : Diana Hasanah
10 Juli 2019

Tentang Blog Ini


Laman

Pages

Popular Posts

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "